Cerpen "Pilihan Terbaik"

         Namaku adalah Mutiara, seorang siswi SMP Islam swasta di Bandung. Saat ini, aku duduk di kelas IX dan tinggal beberapa minggu lagi aku lulus. Aku berkeinginan melanjutkan sekolah di SMA Negeri yang tak jauh dari rumahku yakni di SMA Negeri 1 Bandung. Sejak lama aku sangat ingin bersekolah di sana mengambil jurusan Mipa karena aku  bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. 

   Hari kelulusan pun tiba, akhirnya perjuangan selama tiga tahun di SMP telah usai, tak sabar sekali aku ingin mendaftar ke sekolah SMA. 

    Saat itu aku mendaftar bersama tiga temanku dari SMP yang sama. Dua dari mereka ingin masuk jurusan Ips sedangkan aku dan satu temanku ingin masuk jurusan Mipa. 

       "Eh, Mutiara. Kamu yakin nggak bakal masuk jurusan Mipa di sini?" tanya Rina padaku.

       "Insya Allah aku yakin, kan aku sudah berusaha aku juga selalu berdoa setiap hari agar aku bisa masuk jurusan Mipa," jawab aku.

      "Kalau kamu Nanda, kamu udah yakin masuk Ips?" tanya aku pada Nanda

   "Iya dong. Kan aku suka menghitung nominal uang hehe," ujar Nanda

       "Iya sama, aku juga udah yakin banget mau masuk jurusan Ips kan aku suka banget sama sejarah," sambung Amira.

      "Yaudah. Aku doakan semoga impian kita bersama terwujud ya, guys aamiin." ujarku dengan senyuman lebar. 

        Kami berempat sangat antusias saat itu mendaftar ke sekolah yang baru, berkeliling serta melihat gedung dan bangunan kelas di sana. Dua hari setelah aku mendaftar sekolah aku mengikuti tes seleksi penjurusan (psikotes) . Aku berdoa kepada Allah agar tes yang aku jalani berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang terbaik sesuai dengan keinginanku.

       Bismillah, semoga aku bisa dan masuk jurusan Mipa. Semangat !" Gumamku dalam hati.

       3 jam tes itu berlangsung didampingi kakak-kakak psikologi, rasanya sedikit penat serta soal yang diberi ternyata bukan soal mata pelajaran seperti yang aku kira, dan aku baru sekali dalam hidup mengikuti tes seperti itu. Aku hanya bisa berharap semoga hasil dari tes ku tidak mengecewakan.

      "Eh, guys. Psikotes tadi soalnya susah nggak menurut kalian?" tanya Amira

     "Iya. Bussett dah soalnya aku nggak paham mana waktunya cepet lagi" ujar Nanda

       "Iya. Aku kira soalnya kayak pelajaran Ipa atau Ips gitu, kayak jurusan yang mau diikuti," sambung Rina.

       "Eh, Mutiara, kamu kok murung gitu sih wajahnya?" tanya Amira padaku.

  Sambil menatapnya aku menjawab "Gapapa, aku cuma takut aja sama hasil tesku yang tadi."

    "Udah, Mut, kamu yakin aja sama hasil tes kamu. Kita selalu doain kamu kok semoga kamu masuk jurusan Mipa," ujar Nanda meyakinkan.

     "Iya bener tuuhh," jawab Rina dan Amira hampir serentak.

       Setelah psikotes selesai, hari berikutnya aku mengikuti MPLS yang dilaksanakan selama tiga hari di sekolah. Saat MPLS aku diberi tahu tentang peraturan serta tata tertib di sekolah, mengenal kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, mengenal beberapa guru dan masih banyak lagi.

     Tiga hari telah berlalu, akhirnya yang aku tunggu tiba yakni hasil dari psikotes seleksi penjurusan. Hari itu semua murid baru diarahkan menuju lapangan basket untuk melihat papan nama serta kelas yang sudah ditentukan. 

     Tentu saja aku sangat antusias di situ mencari daftar namaku, setelah beberapa saat aku menemukan namaku dan langsung menuju barisan di belakang papan nama, tapi aku tidak melihat aku ada di kelas jurusan apa, aku langsung ke belakang begitu saja dan kemudian ada teman smp ku menyapa.

      "Loh, Mut, kamu jurusan Ips juga?" tanya Rina padaku.

        "Lah, memangnya ini jurusan Ips kah?" tanyaku balik

      "Iya, Mut. Ini jurusan Ips 1. Aku juga masuk dalam daftar kelas ini," ujar Rina.

    Sontak saja aku langsung bergegas menuju ke depan papan nama serta melihat kelas yang tertulis di situ dan ternyata benar aku masuk jurusan Ips. Sontak saja aku langsung kecewa, ternyata apa yang telah aku harapkan sangat lama tidak sesuai dengan kenyataan.

       "Udah, Mut. Jangan nangis. Mungkin ini yang terbaik buat kamu," ujar Rina mencoba menenangkanku.

    "Tapi aku kecewa, aku nggak masuk Mipa. Padahal aku udah pengen banget masuk Mipa," jawabku sambil menangis sesegukan.

   Sambil mengusap air mataku Rina menjawab "Mungkin ini udah jalan dari Allah, ini pilihan yang terbaik buat kamu, Mut. Kamu harus terima ya."

       Akhirnya aku dan teman satu kelasku diarahkan dari lapangan basket untuk menuju kelas 10 Ips 1. Sesampainya di kelas aku masih sedih karena aku tidak masuk Mipa dan impianku untuk menjadi seorang dokter harus pupus seketika.

      Aku berniat untuk pindah jurusan dan menemui guru BK agar aku bisa pindah kelas. Tapi, guru BK sedikit tidak menggubris karena banyak sekali murid yang juga ingin pindah jurusan sepertiku.                       

     Karena aku sedikit diabaikan akhirnya aku masuk kelas kembali dan berkenalan dengan wali kelasku, beliau bernama Bu Sekar guru mata pelajaran Matematika wajib. Setelah berkenalan di kelas aku menghampiri beliau di depan pintu kelas.

   "Bu. mohon maaf, saya ingin pindah kelas," ujarku pada Bu Sekar.

       "Loh, mengapa? Kamu ingin pindah ke kelas mana?" tanya beliau.

       "Saya ingin masuk kelas Mipa, Bu. Karena sejak lama saya ingin sekali masuk kelas tersebut," jawab aku.

      "Hmm.. begini, Nak. Saya ada pertanyaan untuk kamu. Kamu lebih milih mana, kamu menjadi macan di kandang ayam apa kamu menjadi ayam di kandang macan?" tanya Bu Sekar padaku.

        "Tentu saja saya ingin menjadi macan di kandang ayam, Bu" ujarku.

       "Ya sudah, kamu tidak perlu pindah-pindah lagi ya." terang beliau.

        Setelah berbicara seperti itu Bu Sekar langsung pergi ke ruang guru dan aku belum sempat menjawab. Tapi, entah mengapa aku sangat terkesan dengan ucapan beliau karena kami baru berkenalan, beliau juga belum kenal betul aku seperti apa. Akhirnya dengan keikhlasan hati aku tidak ingin lagi pindah kelas, aku yakin bahwa ini memang pilihan yang terbaik untukku, mungkin kemampuanku memang ada di jurusan Ips.

      Setelah hari itu, aku mengikuti pelajaran sekolah seperti biasanya, mendengarkan guru yang sedang menjelaskan pelajaran, mengerjakan tugas dan lain sebagainya.

      Aku sangat senang dan mengerjakan tugas dengan rajin bahkan UKBM yang belum disuruh kerjakan oleh guru aku kerjakan dulu lalu akhirnya aku bisa ulangan lebih dahulu dari temanku di kelas dan pastinya aku mendapat nilai plus dari guru, kebiasaan seperti itu aku sering lakukan karena menurutku itu sangat asik. 

     Karena kebiasaanku yang rajin aku mendapat nilai yang bagus serta pengetahuanku lebih bagus dari teman-temanku di kelas, aku mengetahuinya karena memang banyak guru yang berbicara seperti itu. Banyak pujian serta hadiah yang pernah guru kasih kepadaku seperti buku cerpen dan buku karangan dari salah satu guruku di sekolah  juga pernah beliau kasih kepadaku karena saat ujian aku mendapat nilai sempurna.

         Dengan itu aku sadar, bahwa apa yang telah dipilihkan untukku itu memang yang terbaik untukku kedepannya dan memang sesuai dengan kemampuanku. Toh, setiap jurusan di sekolah itu mempunyai keunggulan masing-masing baik dari jurusan Mipa, Ips, serta Bahasa. Tinggal bagaimana caranya untuk menggali potensi di situ. 

       Untuk kedepannya aku harus lebih rajin belajar dan semangat agar terus memperoleh hasil pengetahuan dan pengalaman yang baik saat di SMA, serta impianku untuk lolos jalur undangan di perguruan tinggi negeri bisa tercapai karena aku bermimpi ingin masuk di Universitas Airlangga Surabaya dengan jalur Snmptn. Tidak mengapa jika tidak menjadi seorang dokter, masih banyak profesi hebat yang bisa ditorehkan dari jurusan Ips. Tetap berfikir positif, bersyukur, serta semangat untuk menjalani hidup.


Karya : Firda Islamiata Dini

Ig : @frd.andinii





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen "Perpisahan"

Puisi "Angan"